Kamis, Januari 07, 2010

Berbagai Wajah Ekonomi Syariah

oleh:Berly Martawardaya

Siapa tidak kenal Silicon Valley? Setiap orang yang serius mengamati perputaran bisnis dan teknologi dunia pasti pernah mendengar kota kecil di dekat Stanford University yang menjadi pusat pertumbuhan teknologi informasi global selama beberapa dekade terakhir. Bahkan negara-negara lain mencoba meniru konsep Silicon Valley seperti Malaysia dengan Multimedia Super Corridor (MSC) dan India di Bangalore.

Tapi tidak banyak yang mengetahui bahwa Silicon Valley dibangun bukan oleh para bank besar tapi oleh Venture Capital (VC). Para venture capitalist mencari para penemu kreatif dengan ide serta teknologi baru tapi tidak memahami dinamika dunia usaha dan tidak memiliki modal lalu mempersiapkan mereka untuk membangun perusahaan profesional untuk menjual saham melalui IPO (Initial Public Offering) dalam periode 5-7 tahun.

Para pemodal ini adalah gabungan investor institusional dan individu yang ingin melihat bukan hanya keuntungan tapi juga kepuasan telah memunculkan usaha baru. Mereka bisa saja menempatkan uangnya di bank konvensional dan menikmati bunga setiap saat tanpa perlu kuatir dengan banyak hal. Tapi mereka memilih untuk menyeleksi proposal yang datang secara saksama dan mengembangkan bersama pemilik ide dalam periode yang cukup panjang demi kesejahteraan bersama.

Setelah penjualan saham maka pemilik modal dan ide akan mendapat bagian sesuai dengan kesepakatan. awal Konsep ini telah menghasilkan berbagai perusahaan IT tangguh seperti Apple, Google, eBay dan masih banyak lagi. Pembiayaan dengan VC juga tidak terbatas ke perusahaan IT dan juga sudah merambah ke consumer goods seperti Whole Foods Inc dan fast food seperti Starbucks.

***

Gerak langkah George Soros sering mengguncang dunia. Orang terkaya dunia nomor 29 menurut Forbes dengan asset 11 miliar dolar telah menghentikan langkah Inggris bergabung dengan mata uang Euro di tahun 1992 dan mendapatkan keuntungan 1,1 miliar dolar hanya dari transaksi tersebut. Pada krisis moneter Asia, namanya disebut Perdana Menteri Malaysia sebagai sumber masalah.

Kesuksesan telah mendorongnya untuk bergerak di bidang filantropi, khususnya di area pendidikan dan demokrasi. Melalui Open Society Institute dan donasi langsung diperkirakan lebih dari 6 miliar dolar telah disumbangkannya dengan dampak yang cukup besar di berbagai wilayah dunia. Khususnya Eropa Timur sebagai merupakan wilayah kelahiran yang harus ditinggalkan sewaktu kecil karena serangan Nazi sebagai keturunan Yahudi.

Bentuk perusahaan yang dipilihnya untuk hedge fund yaitu perusahaan limited partnership yaitu bentuk legal khusus dengan kepemilikan saham dapat dikarenakan asupan modal atau keterlibatan aktif. Sang manajer hedge fund akan mendapatkan lebih banyak bagian dari profit dari proporsi modalnya, atau bahkan dapat juga tidak berkontribusi modal sama sekali, tergantung kesepakatan awal.

***

Negara-negara di Eropa menjadikan jaminan sosial (social security) sebagai kebijakan prioritas dan tanggung jawab negara. Dimulai oleh Otto van Bismarc, perdana menteri Jerman tahun 1870-1890, yang pada pertengahan kekuasaannya memulai jaminan kesehatan, kecelakaan, dan pensiun bagi segenap rakyatnya. Penduduk Jerman dapat fokus meningkatkan keterampilan dan produktivitas dengan kepastian perlindungan di masa sakit, sulit, dan usia lanjut.

Kebijakan ini diikuti hampir segenap negara Eropa Barat serta negara-negara industri maju seperti Kanada, Australia dan Jepang serta negara-negara Skandinavia setelah Perang Dunia II. Sebagian besar biaya pendidikan dan kesehatan di negara-negara tersebut ditanggung oleh negara . Hal ini mendorong persamaan kesempatan (equality of chance) rakyatnya sehingga mereka tidak tergantung pada loteri kelahiran (lottery of birth) untuk menjadi warga yang terdidik, sehat, dan sejahtera.

Berbagai studi menunjukkan, negara dengan jaminan sosial yang memadai memiliki korelasi amat erat dengan stabilitas sosial dan demokrasi yang tangguh. Ketika distribusi sumber daya penting tidak lagi ditentukan oleh relasi sosial atau etnisitas serta agama maka hal ini kan mengurangi tensi sosial secara signifikan dan menuntut pertanggungjawaban pemerintah.
***

Apa hubungan Sillicon Valley, Soros, dan Social Security dengan Ekonomi Syariah? Mungkin Anda menggaruk kepala setelah membaca sejauh ini dan berpikir: mana kutipan ayat Al-Quran serta praktik perbankan syariah yang biasa diidentikkan dengan ekonomi syariah.

Pada satu sisi memang perbankan serta instrumen syariah telah mengalami kenaikan sangat signifikan hingga mencapai Rp 55 triliun pada Juli 2009. Juga benar bahwa pada masa Ramadan sampai dengan Iedul Adha terjadi peningkatan pembayaran zakat. Tapi adalah keliru untuk membatasi aplikasi ekonomi dari konsep-konsep transenden dalam Islam hanya pada kedua instrumen itu.

Konsep venture capital sangat mirip dengan bagi hasil mudharabah dalam ekonomi syariah. Hal yang lebih mencengangkan mengingat proporsi mudharabah dalam bank syariah biasanya amat kecil serta di bawah 10 %. Sisanya menggunakan akad jual-beli plus premium berjumlah yang amat mirip dengan praktik bank konvensional. Memang praktik mudharabah membutuhkan loan officer yang tajam naluri bisnisnya untuk memprediksi usaha yang akan maju pesat dalam 5-7 tahun mendatang. Pengawasan dan pendampingan juga bukan hal yang mudah. Tapi, Silicon Valley telah membuktikan bahwa hal itu bukan tidak mungkin.

Hedge fund dan berbagai perusahaan yang membagikan saham pada karyawan (employee stock ownership program) pada prinsipnya menjalankan konsep berusaha dalam islam (syarikah). Tidak cukup rasa memiliki untuk mendorong motivasi karyawan, tapi usahakan sehingga karyawan benar-benar memiliki maka segenap daya upaya akan diusahakan untuk kemajuan perusahaan. Berbagai teori motivasi dan sumber daya manusia modern juga mendukung praktik ini.

***

Kita telah mendengar tentang Khalifah Umar yang berkeliling kota di malam hari untuk mencari warganya yang masih kelaparan karena takut akan tanggung jawabnya ke Allah sebagai kepala pemerintahan. Sungguh aneh betapa negara yang sedikit penduduk Islamnya justru lebih dekat dengan praktek Khalifah Umar dengan berbagai skema jaminan sosialnya. Sampai kapan kita akan membiarkan saudara senegara untuk lapar, sakit, dan berusia lanjut tanpa mengulurkan tangan.

Seperti kata pemikir Islam abad lalu, Jamaluddin Al-Afghani, umat Islam mundur karena meninggalkan ajaran agamanya. Pada saat yang sama negara-negara lain mengalami kemajuan dengan mengadopsi prinsip-prinsip ajaran Islam pada praktik sosial dan bernegara walau tanpa memakai istilah dalam bahasa Arab.

Sesuai konsep sunnatullah, siapapun dan agama apapun yang mempraktikkan konsep-konsep Islam akan mendapatkan hasil yang positif dan demikian sebaliknya. Sudah saatnya umat islam sendiri yang menggali praktik dan konsep ekonomi dalam Islam untuk mempraktikkannya dalam masyarakat secara konsisten. Wallahu ‘alam bish shawab.


Penulis mengajar di FEUI, ekonom senior INDEF, dan aktivis NU Professional Circle


 



Artikel yang Berhubungan



Dikutip dari: http://ade-tea.blogspot.com/2011/02/cara-membuat-widget-artikel-yang.html#ixzz1JSIiysNe

Artikel yang Berhubungan



Dikutip dari: http://ade-tea.blogspot.com/2011/02/cara-membuat-widget-artikel-yang.html#ixzz1JNBpubYr

0 komentar:

Bookmark and Share