Sabtu, Januari 23, 2010


Tingkat-Tingkat Analisa di Dalam Ilmu Hubungan Internasional


Sebagai sebuah disiplin ilmu, ilmu Hubungan Internasional dituntut untuk mampu mendeskripsikan, menjelaskan dan meramalkan fenomena internasional yang terjadi. Untuk mampu melakukan hal-hal tersebut, ilmuwan HI dituntut untuk mampu memberikan analisa yang tajam dan tepat, dimana salah satu kunci keberhasilannya adalah ketepatan menentukan tingkat analisa (level of analysis) yang akan digunakan dalam memahami fenomena sosial yang terjadi.
Ada beberapa alasan mengapa penentuan tingkat analisa penting dalam mempelajari fenomena HI. Pertama, satu peristiwa dapat saja memiliki lebih dari satu faktor penyebab. Kedua, membantu memilah-milah faktor yang akan menjadi penekanan utama di dalam penganalisaan masalah. Karena tidak semua tingkat analisa penting atau memiliki pengaruh signifikan di dalam sebuah peristiwa. Ketiga, untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya kesalahan metodologis yang disebut sebagai, 1) fallacy of composition, yaitu kesalahan berasumsi bahwa generalisasi tentang perilaku “bagian” bisa juga dipakai untuk menjelaskan “keseluruhan”, dan; 2) ecological fallacy, yaitu kesalahan akibat memakai generalisasi yang ditarik pada tingkat “keseluruhan” untuk menjelaskan tingkat “bagian”.[1]
Unit Eksplanasi dan Unit Analisa
Ada dua hal yang perlu diperhatikan sejalan dengan penentuan tingkat analisa yaitu penentuan unit analisa dan unit eksplanasi. Unit analisa adalah obyek yang perilakunya akan dianalisa atau disebut juga dengan variabel dependen. Sementara unit eksplanasi adalah obyek yang mempengaruhi perilaku unit analisa yang akan digunakan atau disebut juga sebagai variabel independen.[2] Dengan demikian, dalam melakukan penganalisaan masalah, unit analisa dan unit eksplanasi saling terkait
Terdapat tiga model hubungan antara unit analisa dan unit eksplanasi yaitu, model korelasionis, model induksionis dan model reduksionis. Disebut model korelasionis jika tingkat unit eksplanasi dan unit analisanya sama. Kedua, disebut model induksionis jika tingkat unit eksplansinya lebih tinggi dari tingkat unit analisa dan ketiga, disebut model reduksionis jika tingkat unit eksplanasi lebih rendah dari tingkat unit analisa.[3] Lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini.

Tabel:
Unit
Eksplanasi Dan Unit Analisa

Unit Eksplanasi

Unit Analisa
Individu & Kelompok
Negara-Bangsa
Sistem Regional & Global
Individu & Kelompok
korelasionis
reduksionis
reduksionis
Negara-Bangsa
induksionis
korelasionis
reduksionis
Sistem Regional & Global
induksionis
induksionis
korelasionis
Sumber: Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, Jakarta: LP3ES, 1994.
Tingkat-Tingkat Analisa
Hingga hari ini ilmuwan HI tidak memiliki kesepakatan tentang jumlah tingkat analisa di dalam HI. Kenneth Waltz membaginya menjadi tiga, yaitu individu, negara dan sistem internasional.[4] Begitu pula John Spanier menegaskan tiga tingkat analisa, yaitu tingkat system, tingkat negara-bangsa dan tingkat pembuat keputusan (individu).[5]
Sementara Stephen Andriole mengidentifikasi lima tingkat analisa, yaitu individu, kelompok individu, negara-bangsa, antar negara atau multi-negara dan sistem internasional.[6] Begitu pula dengan Patrick Morgan mengusulkan lima tingkat analisa, yaitu individu, kelompok individu, negara-bangsa, kelompok negara-bangsa dan sistem internasional.[7]
Bruce Russet dan Harvey Starr menetapkan enam tingkat analisa, yaitu individu pembuat keputusan dan sifat-sifat kepribadiannya, peranan yang dijalankan oleh para pembuat keputusan tersebut, struktur pemerintah tempat mereka melakukan kegiatan, masyarakat tempat mereka tinggal dan yang mereka perintah, jaringan hubungan antara para pembuat keputusan itu dengan aktor-aktor internasional lainnya, dan tingkat sistem dunia.[8]
Mohtar Mas’oed sendiri membaginya menjadi lima tingkat analisa, yaitu perilaku individu, perilaku kelompok, negara-bangsa, pengelompokan negara-negara dan sistem internasional.[9]
Di dalam tingkat perilaku individu, fokus penelaahan adalah sikap dan perilaku tokoh-tokoh utama pembuat keputusan, seperti kepala pemerintahan, manteri luar negeri, penasehat militer dan lain-lain.
Pada tingkat perilaku kelompok, yang menjadi fokus utama adalah mempelajari perilaku kelompok-kelompok dan organisasi-organisasi yang terlibat di dalam hubungan internasional.
Sementara di tingkat negara-bangsa, penelaahan difokuskan pada proses pembuatan keputusan tentang hubungan interasional, yaitu politik luar negeri, oleh suatu negara-bangsa sebagai satu kesatuan yang utuh. Di tingkat ini asumsinya adalah semua pembuat keputusan, dimana pun berada, pada dasarnya berperilaku sama apabila menghadapi situasi yang sama. Dengan demikian, analisa harus ditekankan pada perilaku negara-bangsa karena hubungan internasional pada dasarnya didominasi oleh perilaku negara bangsa.
Pada tingkat pengelompokan negara, asumsinya adalah seringkali negara-bangsa tidak bertindak sendiri-sendiri melainkan sebagai sebuah kelompok. Karena itu fokusnya adalah pengelompokan negara-negara baik di tingkat regional maupun global, yang berupa aliansi, persekutuan ekonomi dan perdagangan, dan lain-lain,
Di tingkat tertinggi, yaitu sistem internasional, fokus kajiannya adalah sistem internasional itu sendiri. Asumsinya adalah perubahan atau dinamika di dalam sistem internasional menentukan perilaku aktor-aktor HI.
Selain tokoh-tokoh di atas, terdapat pula Joshua S. Goldstein yang juga berusaha menjelaskan tingkat-tingkat analisa di dalam HI. Goldstein membaginya menjadi empat tingkat analisa, yaitu tingkat individu, tingkat domestik, tingkat antar negara dan tingkat global.[10]
Di tingkat individu fokusnya adalah persepsi, pilihan dan tindakan yang diambil oleh seorang individu. Sementara di tingkat domestik, kajian diarahkan pada pengaruh yang diberikan oleh sekelompok orang di dalam negara terhadap tindakan atau keputusan yang diambil negara. Kelompok-kelompok itu adalah organisasi politik, kelompok kepentingan dan/atau lembaga-lembaga negara (government agencies). Selain itu, Goldstein juga memasukan, konflik etnis, tipe sistem politik, military-industrial complex (MIC), jender, sektor ekonomi dan industri, dan opini publik ke dalam tingkat domestik.
Di tingkat antar-negara atau tingkat sistem, perhatian diberikan pada pengaruh yang diberikan oleh sistem internasional terhadap aktor-aktor HI. Dengan demikian fokusnya adalah interaksi antar negara itu sendiri. Salah satunya adalah memberikan perhatian pada posisi kekuatan/kemampuan (power) relatif negara-negara di dalam sistem internasional. Contoh yang diberikan Goldstein adalah balance of power, aliansi, perjanjian dan kesepakatan, dan lain-lain.
Di tingkat global, perhatian diberikan pada tren global dan tekanan-tekanan yang mendorong terjadinya perubahan-perubahan di dalam interaksi antar negara. Misalnya adalah, perubahan teknologi, revolusi informasi, imperialisme barat, dan lain-lain.
Cara Penentuan Tingkat Analisa
            Dalam menentukan tingkat analisa yang tepat dan efektif ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu teori yang digunakan dan tujuan analisa. Pertama, teori yang yang kita gunakan untuk meneliti fenomena, menuntun kita untuk  memilih tingkat analisa yang hendak dipakai. Jika teori yang digunakan menekankan pada pengaruh sistem dalam menentukan perilaku aktor-aktor HI maka tingkat analisa dari unit eksplanasinya adalah tingkat atau level sistem. Begitu pula jika penekanan teorinya pada negara-bangsa atau individu, maka unit eksplanasinya serta-merta berada pada level negara-bangsa atau individu.[11]
            Kedua, begitu pula dengan tujuan analisa. Setidanya ada dua pertimbangan dalam tujuan analisa. Pertama, tujuan akademik, yaitu untuk memperoleh atau mengembangkan pengetahuan tentang ilmu hubungan internaisonal. Kedua, tujuan praktis (policy-oriented). Tujuan yang kedua ini lebih banyak digunakan oleh para pengambil keputusan. Mereka ini akan lebih menyukai tingkat analisa yang berkaitan atau memiliki dampak langsung terhadap kepentingan mereka. Misalnya, para penjabat pemerintahan akan lebih menyukai analisa di tingkat negara-bangsa karena langsung bersentuhan dengan pekerjaan dan tugas mereka.[12]
Kesimpulan
            Tingkat analisa memiliki peranan penting di dalam di dalam kajian ilmu Hubungan Internasional karena dapat membantu untuk memfokuskan analisa masalah (fenomena) dan menghindari terjadinya kesalahan metodologis. Dalam penentuan tingkat analisa, ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu penentuan unit eksplanasi dan unit analisa.  Unit eksplanasi dan unit analisa saling berhubungan dalam tiga model yaitu, model korelasionis, reduksionis dan induksionis.
Setiap ilmuwan menyusun kategori tingkat analisanya masing-masing, walaupun demikian, secara umum tingkat analisa yang mereka susun relatif sama. Dimana tingkat individu adalah tingkat yang terendah, sementara tingkat global adalah tingkat yang tertinggi.
Dalam menentukan tingkat analisa yang tepat ada dua hal yang umumnya menjadi perhatian yaitu, teori yang digunakan dan tujuan analisa. Tujuan analisa sendiri terbagi menjadi dua, yaitu tujuan akademik dan tujuan praktis (policy-oriented).


[1] Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, (Jakarta: LP3ES, 1994).
[2] Ibid.
[3] Ibid.
[4] Dikutip dari Ibid. Lihat pula Kenneth Waltz, “Explaining War” di dalam Paul R. Viotti & Mark V. Kauppi, International Relations Theory: Realism, Pluralism, Globalism, 2nd edition, (New York & Toronto: McMillan, 1993), hal. 123-142. Bacaan lebih lanjut lihat Kenneth Waltz,  Man, the State and War, (Columbia University Press, 1954).
[5] Dikutip dari Ibid. Bacaan lebih lanjut lihat John Spanier, Games Nation Play: Analyzing International Politics (Holt Rinehart & Winston, 1981).
[6] Dikutip dari Ibid..  Bacaan lebih lanjut lihat Stephen Andriole, “The Levels of Analysis Problems and The Study Foreign International and Global Affairs: A Review Critique, and Another Final Solution”, (International Interaction, Vol. 5, No. 2, 1978).
[7]Dikutip dari Ibid. Bacaan lebih lanjut lihat Patrick Morgan, Theories and Approaches to International Politics, (Transaction, 1982).
[8]  Dikutip dari Ibid. Bacaan lebih lanjut lihat Bruce Russet & Harvey Starr, World Politics: The Menu for Choice, (freeman, 1985).
[9] Ibid.
[10] Joshua S. Goldstein, International Relations, 5th edition, (India: Pearson Education, 2003).
[11] Mas’oed, Op.Cit.
[12] Ibid.

Artikel yang Berhubungan



Dikutip dari: http://ade-tea.blogspot.com/2011/02/cara-membuat-widget-artikel-yang.html#ixzz1JSIiysNe

Artikel yang Berhubungan



Dikutip dari: http://ade-tea.blogspot.com/2011/02/cara-membuat-widget-artikel-yang.html#ixzz1JNBpubYr

0 komentar:

Bookmark and Share