Rabu, Desember 30, 2009

Belajar dari Chernobyl (Bagian 1)


Ketika mendengar nama Chernobyl, kontan orang akan teringat pada sebuah sejarah kelam dalam dunia Ketenaganukliran. Sebuah tragedi yang menggemparkan dunia, yang menngingatkan semua orang akan peristiwa jatuhnya bom Atom di Hirosima dan Nagasaki yang menjadi awal dari akhir Perang Dunia II yang berkecamuk.
Trauma itu masih dapat dirasakan sampai sekarang, dan menjadikan setiap tanggal 26 April pukul 01.23 lonceng berdentang-dentang di Ukraina. Pada malam itu, mesikupun telah larut dan udara dingin menusuk – nusuk tulang, namun warga tetap terjaga. Mereka meletakkan bunga dan lilin di monumen korban bencana Chernobyl.
Tragedi itu jugalah yang menjadi senjata utama dari para aktivis “anti-nuklir” untuk mengenyahkan keberadaan PLTN di seluruh muka bumi. Tidak perduli betapa jauhnya perkembangan teknologi PLTN pasca tragedi Chernobyl. Tragedi ini juga merupakan sebuah berkah d balik bencana akan betapa pentingnya sebuah keamanan dan keselamatan sebuah desain PLTN dan menjadi batu lompatan sejarah bagi perkembangan keteneganukliran di dunia.
Jauh sebelum tragedi itu terjadi, banyak para ahli sudah mengira akan ketidakamanan dari desain reaktor Chernobyl yang tidak memiliki sungkup pelindung yang seharusnya ada dari sebuah desain PLTN.
Reaktor Chernobyl didirikan di atas tanah rawa di sebelah utara Ukraina, sekitar 80 mil sebelah utara Kiev berlokasi di koordinat 51,3872 LU 30,1114 BT. Terdapat 4 unit Reaktor yang beroperasi di kompleks PLTN Chernobyl, Reaktor unit 1 mulai beroperasi pada 1977, unit 2 pada 1978, unit 3 pada 1981, dan unit 4 pada 1983. Sebuah kota kecil, Pripyat, dibangun dekat PLTN Chernobyl untuk tempat tinggal pekerja pembangkit itu dan keluarganya.
Tipe PLTN Chernobyl ini dirancang untuk menghasilkan “plutonium” guna pembuatan senjata nuklir serta listrik. Tipe PLTN berfungsi ganda seperti ini memang tidak ada di negara-negara Barat, seperti, AS dan Prancis.
Reaktor Chernobyl merupakan Rektor Nuklir jenis RBMK yakni reaktor air mendidih (boiling water reactor/BWR) yang memiliki daya termal 3.200 MWt dengan moderator terbuat dari grafit (karbon). Pendinginnya adalah air biasa, yang dialirkan dari Sungai Pripyat setelah melalui proses destilasi, untuk kemudian dialirkan secara vertikal dengan inlet dibawah dan kemudian dididihkan di dalam reaktor untuk memproduksi uap bertekanan tinggi yang nantinya digunakan untuk memutar turbogenerator pembangkit listrik. Grafit dipilih sebagai moderator karena murah dan tersedia melimpah di Siberia.
Sebagai pengendali reaktor digunakan batang kendali dari batang boron karbida berujung grafit. Di antara ujung grafit dan batang boron karbida terdapat ruang kosong sepanjang 1 m yang bakal terisi air pendingin ketika dimasukkan ke dalam reaktor. Ada dua tipe batang kendali : manual dan otomatis. Sebagai bahan bakar digunakan Uranium diperkaya (kadar U-235 3,8 %) sejumlah 220 ton.Konsekuensinya ukuran reaktor RBMK-1000 memang besar.
Reaktor RBMK-1000 ini memiliki keunggulan dari sisi efisiensi yakni berkisar 34 %, bandingkan dengan Reaktor jenis PWR (Reaktor Air Tekan) yang memiliki efisiesnsi lebih kecil yakini berksisar 29 – 31 %. Reaktor RBMK-1000 ini juga memiliki keunggulan yakni dapat melakukan refuel (penggantian bahan bakar) tanpa mematikan reaktor sedangkan reaktor – reaktor jenis lainnya (kecuali PHWR-CANDU yang dipasarkan Canada) haruslah dimatikan terlebih dahulu untuk mengganti bahan bakarnya. .
Namun semua keunggulan itu ini tidaklah seberapa jika dibandingkan dengan kelemahan- kelemehannya. yakni
  1. Sebagai reaktor air mendidih bermoderator grafit, RBMK-1000 memiliki “problem gelembung”, yakni kondisi dimana terdapat gelembun – gelembung dalam pendingin saat proses pembentukan uap. Ini bisa mengacaukan pengendalian reaktor, karena gelembung – gelembung itu meningkatkan jumlah neutron lambat. Kondisi ini sangat dirasakan RBMK-1000 ketika berada dalam daya rendah, baik ketika dalam proses dinyalakan (start-up) maupun dimatikan (shut-down).
  2. Pada batang kendali. Grafit dan ruang kosong yang berisi air di batang kendali mengakibatkan peningkatan daya temporal di detik – detik pertama saat batang kendali masuk ke reaktor, karena sifat grafit dan air pendingin yang memoderasi neutron, maka bila terjadi kondisi batang kendali gagal masuk sepenuhnya karena macet. Hal ini menyebabkan sebagian boron karbidanya tidak bisa masuk, maka reaktor tidak bisa mati, malahan daya reaktor akan melambung terus.
  3. Aliran pendingin. Dengan model aliran vertikal dan inletnya dari bawah, maka suhu pendingin di dalam reaktor jadi takhomogen, dimana suhu di bagian atas lebih besar dibanding suhu pada bagian bawah. Kondisi ini bisa berbahaya jika terjadi penguapan total pada bagian atas sehingga bahan bakar disana tak terdinginkan sepenuhnya. Selain bisa meningkatkan daya secara mendadak, kondisi ini juga beresiko pada melelehnya bahan bakar. Pendinginan vertikal juga memaksa pompa pendingin untuk terus menerus bekerja meski daya reaktor sudah sangat rendah sehingga tidak sanggup lagi membangkitkan listrik yang cukup.
  4. Sebagai reaktor berukuran besar, RBMK-1000 hanya dilindungi oleh satu lapis dinding beton tipis guna menghemat biaya. Inilah sebuah cacat fatal dimana tidak ada sistem pelindung ganda sebanyak lima lapis sebagaimana yang distandarkan pada reaktor2 tipe lainnya. Hal ini dapat menyebabkan kemungkinan terlepasnya radioisotop ke lingkungan jika terjadi kecelakaan lebih besar jika dibandingan dengan reaktor- reaktor jenis lain.
Kelemahan – kelemahan inilah ditambah manajemen PLTN yang tidak profesional yang tidak berpengalaman sama sekali dalam pengoperasian sebuah reaktor bertenaga besar yakni. V.P. Bryukhanov, sang direktur, hanya berpengalaman di PLTU tanpa pernah sekalipun ke PLTN. Nikolai Fomin, seorang insinyur kepala, juga lama bekerja di lingkungan PLTU. Hanya Anatoliy Dyatlov, wakil insinyur kepala, yang pernah bekerja dengan reaktor yang itupun hanya pada reaktor berdaya rendah.
Diduga kuat pemilihan manajemen tidak didasarkan pada keahlian dan kemampuannya dalam teknologi nuklir, namun lebih didasarkan pada loyalitasnya terhadap Partai Komunis Uni Soviet. Manajemen juga tidak pernah diberitahu otoritas ketenaganukliran Uni Soviet tentang sifat khas RBMK-1000 dan prosedur operasi daruratnya ketika berada dalam daya rendah. Singkatnya, manajemen ‘buta’ terhadap titik2 lemah RBMK-1000. Kombinasi cacat desain dan manajemen yang buruk inilah yang akhirnya berpuncak pada tragedi 26 April 1986.

Belajar dari Chernobyl (Bagian 2)

Latar Belakang
Bagaimana menjaga pompa pendingin untuk tetap bekerja meskipun aliran listrik putus? Itulah masalah yang terus membayangi pihak manajemen PLTN Chernobyl Karena sebagaimana diketahui Reaktor RBMK-1000 membutuhkan aliran pendingin terus menerus dikarenakan sifatnya vertikal. Sementara jika terjadi kerusakan sistim pembangkit listrik, aliran listrik ke pompa pendingin akan menghilang. Sedangkan sepasang generator diesel otomatis yang dipasang pada tidap – tiap reaktor baru bisa menyuplai aliran listrik 40 detik setelah aliran listrik utama putus. Kondisi ini bisa menyebabkan perlambatan aliran pendingin, yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kehilangan aliran pendingin (LOHSA= lost of heat sink accident).
Hal ini tidak diinginkan manajeman terutama setelah kasus LOCA (lost of coolant accident, setingkat lebih parah dibanding LOHSA) yang melelehkan sebagian reaktor unit 2 PLTN Three Mile Islands, Pennsylvania (AS), 28 Maret 1979. Karena itulah manajemen mencoba melakukan eksperimen untuk memanfaatkan putaran sisa turbogenerator guna pembangkitan daya darurat untuk menggerakkan pompa pendingin selama minimum 40 detik. Sebelumnya, Eksperimen sejenis pernah sukses dilakukan pada 1983 di reaktor unit 1 tanpa masalah apapun dengan mematuhi semua prosedur standar, meski hasilnya adalah turbogenerator tak sanggup memasok daya mencukupi.
Setelah dilakukan pengembangan – pengembangan tambahan pada turbogenerator, maka pihak manajemen merasakan perlu adanya eksperimen ulang. Pilihan jatuh pada reaktor unit 4 dengan setting waktu pada Jumat 25 April 1986, mengingat reaktor ini memang hendak dimatikan guna menjalani perawatan dan perbaikan rutin setelah menyala selama lebih dari setahun penuh.
Kronologis
Jum’at, 25 April 1986. Eksperimen siap dilakukan, pada pukul 13:06, sistem pendingin darurat ECCS (emergency core coolant system) dimatikan, suatu hal yang sama sekali tidak diperbolehkan dalam prosedur operasi standar.
Kemudian pukul 14:00 otoritas kelistrikan Kiev meminta manajemen menjaga pasokan listriknya ke jaringan hingga jam 11 malam untuk mengantisipasi lonjakan penggunaan daya. Manajemen menyetujui, sehingga pada pukul 15:47 penurunan daya reaktor dihentikan pada 1.600 MWt. Selama 12 jam kemudian reaktor beroperasi dengan output 50 % dari normal dan tanpa ECCS.
Pukul 23:10 waktu setempat pengurangan daya reaktor dimulai lagi. Pada pukul 24.00 terjadi pergantian shift kerja, sehingga eksperimen dilakukan oleh dua operator malam yang hanya memiliki latar belakang bidang teknik listrik dan tidak berpengalaman bekerja di lingkungan reaktor
Pada tanggal 26 April 1986. Pukul 00:05 Persiapan ekeperimen dilakukan dengan menurunkan daya reaktor ke 700 MWt dengan memasukkan batang – batang kendali otomatis, namun mereka tidak menyadari penurunan daya yang terjadi terlalu cepat. Pada kondisi ini produksi radioisotop Xenon-135 (salah satu produk samping reaksi fissi yang dikenal sebagai “racun reaktor” karena menyerap neutron lambat dalam jumlah besar.) menjadi besar.
Pada pukul 00:28 daya reaktor anjlok ke 30 MWt. Operator tak menyadari adanya peracunan ini dan menganggap anjloknya daya lebih karena kegagalan daya, sehingga memutuskan menaikkan kembali batang kendali otomatis. Lagi – lagi sebuah tindakan yang menyalahi aturan, karena seharusnya, begitu daya anjlok maka reaktor harus segera dimatikan.
Pada pukul 01:00 Naiknya batang kendali otomatis mengangkat daya ke 200 MWt .(sepertiga dari daya nominal yang dibutuhkan untuk eksperimen). Namun operator tersebut menganggap pada daya serendah itu eksperimen masih bisa dilakukan.

Pada pukul 01:03 waktu setempat, operator menghidupkan seluruh pompa pendingin cadangan dan mengirimkan air pendingin berlebihan ke dalam reaktor, hingga melampaui batas maksimum volume air dalam reaktor yang diperkenankan.
Selanjutnya pada pukul 01:19 batang kendali manual pun diangkat, sebuah hal yang sekali lagi menyalahi prosedur operasi standar. Reaktor kini jadi sangat berbahaya karena tidak lagi memiliki batang kendali. Memang pada saat itu daya reaktor masih tetap rendah, (jumlah neutron lambatnya kecil) namun itu sebenarya lebih disebabkan oleh kombinasi berlebihnya air dan Xenon-135 yang bisa menggantikan peran batang kendali.
Dalam keadaan demikian operator memutuskan untuk memulai eksperimen. Pukul 01:23, operator menutup katup uap ke turbogenerator. Putaran turbogenerator pun berkurang sehingga pasokan listrik ke pompa pendingin berkurang dan aliran pendingin jadi menyusut.
Pukul 01:23:21 Di dalam reaktor terbentuk lebih banyak uap dan diikuti dengan pembentukan gelembung – gelembung air. Problem gelembung pun terjadi, sehingga daya reaktor segera menanjak.
Dalam 5 detik pertama daya reaktor sudah bergerak ke angka 510 MWt. Pada tahap ini Xenon-135 mulai menghilang seiring makin banyaknya jumlah neutron. Sehingga dengan makin banyaknya air pendingin yang berubah menjadi uap, menghilangnya Xenon-135 dan dimatikannya ECCS, pengontrol daya reaktor menjadi tidak ada. Terjadilah ekskursi nuklir, sebuah kenaikan daya teramat cepat secara eksponensial pada waktu teramat singkat.
Pada pukul 01:23:40 Operator yang panik menekan tombol SCRAM guna memasukkan semua batang kendali (baik manual maupun otomatis) ke dalam reaktor. Namun dibutuhkan waktu 20 detik agar batang kendali bisa masuk sepenuhnya ke dalam reaktor. Ketika suhu reaktor kian tinggi, gerak batang kendali pun macet, hanya bagian ujung grafit dan ruang kosong saja yang sempat masuk. Ini malah makin meningkatkan intensitas ekskursi nuklir.
Pada pukul 01:23:44 daya reaktor sudah meningkat hingga 30.000 MWt ( sepuluh kali lipat dari daya normalnya).

Peningkatan daya luar biasa menghasilkan penguapan teramat brutal dimana semua cairan berubah jadi uap. Ini menghasilkan tekanan teramat besar yang merusak batang kendali, bahan bakar, grafit dan akhirnya menjebol atap beton reaktor yang tipis dalam ledakan uap. Andaikata reaktor dilindungi kubah double containment Mark-II setebal 2 meter seperti yang diterapkan pada reaktor2 lainnya, maka ledakan uap ini tidak akan terjadi. Ledakan uap ini segera disusul oleh reaksi uap air dengan grafit dan oksigen (dari udara luar yang masuk lewat lubang) dengan grafit sehingga timbul ledakan kedua yang tak kalah besarnya.
Dan akhirnya pada pukul 01:24:00 atap beton reaktor berisikan nuklir seberat 1000 ton jebol dalam ledakan uap. Andaikata reaktor dilindungi kubah double containment Mark-II setebal 2 meter seperti yang diterapkan pada reaktor2 lainnya, maka ledakan uap ini tidak akan terjadi.
Beberapa dari 211 buah tuas kontrol meleleh dan kemudian terjadi ledakan kedua ( yang penyebabnya masih menjadi pertentangan di antara para pakar) menghamburkan pecahan-pecahan inti minyak yang terbakar yang mengandung radioaktif dan mengakibatkan udara mendesak masuk memicu terjadinya berton-ton blok grafit akibat pemadatan.


Belajar dari Chernobyl (Bagian 3)

Pukul 1 dini hari pada 26 April 1986, sebuah PLTN di Chernobyl, Ukraina yang dulu merupakan bagian dari U.S.S.R mengalami sebuah insiden Nuklir terburuk yang pernah ada dalam masa damai. Peningkatan tenaga reaktor secara tajam telah memicu terjadinya sebuah ledakan dahsyat oleh tenaga uap yang menghancurkan atap beton reaktor yang tipis berisikan nuklir seberat 1000 ton menjadi pecahan-pecahan besi.
Beberapa dari 211 buah tuas kontrol meleleh dan kemudian terjadi ledakan kedua, ( penyebabnya masih menjadi pertentangan di antara para ahli ) menghamburkan pecahan-pecahan inti minyak yang terbakar yang mengandung radioaktif dan mengakibatkan udara mendesak masuk memicu terjadinya berton-ton blok grafit akibat pemadatan.
Kebakaran grafit inilah yang mengeluarkan banyak radiasi ke atmosfir dan bulir-bulir penuh masalah di udara yang tercemar radiasi yang bisa terukur hingga ribuan mil jauhnya.

Sekitar 5,4 ton radioisotop yang lolos mendarat di Belarus. Namun sisanya terbang dibawa angin ke barat hingga menjangkau Kepulauan Inggris. Paparan radiasi tertinggi berada di gedung reaktor mencapai 5,6 Roentgen/detik, 202 kali lipat lebih besar daripada ambang batas dosis mematikan yakni sebesar 0,028 Roentgen/detik. Celakanya lagi, ledakan menyebabkan kerusakan dua dosimeter (pengukur radiasi) dengan limit 1.000 Roentgen/detik. Hanya tersisa dosimeter – dosimeter kecil dengan limit 0,001 Roentgen/detik, dan semuanya “off scale.” Karena itu kru reaktor yang dipimpin Alexander Akimov menganggap dosis radiasi saat itu hanya berkisar 0,001 Roentgen/detik, dengan mengabaikan tanda – tanda lain seperti potongan grafit, pipa bahan bakar dan batang kendali yang berceceran di sekitar gedung reaktor. Sehingga mereka memutuskan bertahan dan terus memompakan air ke gedung reaktor.
Bantuan kemudian datang dari brigade pemadam kebakaran Chernobyl, yang dipimpin Vladimir Pravnik, mereka tak diberitahu sama sekali bahwa yang dihadapi adalah sebuah reaktor RBMK-1000 yang telah bolong. Kerja keras mereka bersama kru reaktor berhasil memadamkan api di atas gedung reaktor dan gedung turbin pada jam 05:00. Namun dalam tiga minggu kemudian, sebagian besar kru reaktor dan pemadam ini telah meninggal.
Mobil-mobil pemadam kebakaran ini tidak pernah kembali ke garasi mereka dan para pemadam kebakaran yang mereka angkut tidak pernah kembali ke rumah-rumah mereka. Merekalah yang pertama tiba di tempat kejadian dan mengira itu hanyalah kebakaran biasa. Mereka tidak tahu apa yang sedang mereka hadapi saat itu.
Pada senja 26 April, Kremlin membentuk komite penyelidik dan memerintahkan Valeri Legasov dari otoritas ketenaganukliran Uni Sovet datang mengunjungi Chernobyl. Setelah sampai di Chernobyl, Valeri Legasov menjumpai 2 orang telah tewas dan 52 dirawat di rumah sakit, dengan gejala – gejala nyata akibat paparan radiasi berlebihan. Dosimeternya juga menunjukkan tingkat paparan radiasi yang sangat tinggi di sejumlah titik. Pada 27 April pukul 14:00 ia memerintahkan dimulainya evakuasi penduduk kota Pripyat dan sekitarnya. Agar tidak menimbulkan kepanikan, maka detil bencana tidak diberitahukan kepada penduduk, dan agar beban yang ditanggung tidak terlalu berat maka diberitahukan kepada penduduk bahwa evakuasi hanya bersifat temporal, yaitu hanya untuk 3 hari. Total penduduk yang dievakuasi tersebut berjumlah 336.000 orang.
Horor Chernobyl belum usai. Meski reaktor RBMK-1000 unit #4 telah menjadi puing, sisa bahan bakar Uranium yang masih cukup besar ( sekitar lebih dari 200 ton) dan puing – puing grafit masih sanggup menjalankan reaksi fissi. Meski daya yang dihasilkan kecil, tiadanya cairan pendingin membuat grafit terus memanas. Maka kebakaran pun berlanjut di interior puing. Malahan pada dasar puing, panas kebakaran  cukup tinggi hingga sanggup membuat bahan bakar dan beton penyangga reaktor meleleh membentuk lava. Jika lava ini bisa menembus dasar bangunan dan tanah dibawahnya hingga mencapai cadangan air tanah dalam, maka kontak lava dengan air akan menciptakan erupsi freatoradiatik (“The China Syndrome”), ledakan uap berkekuatan besar yang sanggup membongkar tanah diatasnya membentuk kawah. Letusan ini akan memuntahkan debu yang terkontaminasi radioisotop hingga pada ketinggian 1 km. Jika ini terjadi, area yang tercemar dipastikan akan jauh lebih besar.

Untuk mencegah erupsi freatoradiatik maka otoritas memutuskan puing reaktor RBMK-1000 harus dimatikan dan didinginkan. Diperlukan waktu 9 hari dan 5000 ton pasir, boraks, dolomit (sejenis mineral yang berbentuk kristal), tanah liat dan timah hitam dijatuhkan dari helikopter-helikopter untuk memadamkannya. Tingkat radiasi di daerah tersebut  begitu kuat hingga menyebakan banyak dari pilot-pilot pemberani tersebut mati.
Sebagai sebuah pemerintahan yang totaliter, Uni Soviet menyediakan banyak prajurit-prajurit muda untuk membantu pembersihan kecelakaan Chernobyl tersebut, tapi tidak menyediakan bagi kebanyakan mereka baju perlindungan yang memadai atau penjelasan apapun tentang bahaya-bahaya yang mengancam.
Lebih dari 650.000 orang pencuci membantu membersihkan bencana Chernobyl pada tahun tahun pertama. Grup ini termasuk mereka yang membangun bangunan tong dari reaktor No. 4 yang hancur yang disebut juga SARKOFAGUS (KUBURAN BATU BESAR) dengan tinggi sekitar 60 meter panjang 60 meter dan didukung dengan reruntuhan bangunan lama reaktor.
Awalnya, ototoritas mencoba mengunakan robot, tapi ilmu teknik tidak memungkinkan akibat tingginya radiasi dan juga halangan dari reruntuhan, kemudian akhirnya mereka mengerahkan ribuan tentara – robot manusia.

Bekerja di atas atap adalah pekerjaan yang tersingkat dari semuanya, dan hanya berlangsung sekitar dua menit. Banyak tentara ditawarin pilihan bagaimana harus memenuhi kewajiban dalam menjalankan tugasnya yang diperlukan bagi masa pensiun mereka dari angkatan darat. Satu hingga dua tahunan di neraka hujan peluru, roket dan bom di Afghanistan, dan yang lainnya dua menitan yang tenang, hening dan hujan sinar gamma yang tak terlihat di atas atap Unit # 3.
Police and military personnel guard the zone, but a few people mostly the elderly have returned to live in the zone, and in spite of the radioactivity have been there for five years. They say that they can’t see, taste, smell or touch the deadly radiation so it doesn’t bother them.
Masa depan dari PLTN Chernobyl penuh dengan ketidakpastian dengan otoritas Ukrainia yang sedang mencari bantuan finansial dari Negara – negara G-7 untuk menutup PLTN pada tahun 2000. Dan mereka harus memperbaiki atau mengganti serkofagus dengan yang baru karena yang aslinya telah dibangun dengan terburu-buru dan dipecah-pecahkan.
Sekarang, hanya sedikit sekali radiasi yang ada di dalam Sarkofagus yang bocor keluar. Banyak ilmuwan percaya bahwa lebih dari 90% masih ada di bawah kuburan batu. Sisa minyak radioaktif yang tersisa di dalam memiliki julukan Kaki Gajah, karena bentuknya yang tersendiri. Sekitar 190 ton uranium dan 1 ton Plutonium yang benar-benar berbahaya masih ada di sana, jadi jika si besar, gajah nuklir itu berhasil menapakkan kakinya keluar, maka kita semua akan dalam masalah yang sangat sangat besar sekali
Radiasi akan tetap bertahan di daerah Chernobyl selama puluhan ribu tahun, tapi manusia akan kembali berpopulasi di area tersebut dalam kurun waktu 600-an tahun atau bisa juga hanya perlu sekitar 3 abad. Para pakar memperkirakan, setelah itu, unsur-unsur yang paling berbahaya akan menghilang atau terlarut habis ke dalam udara dunia, tanah dan air. Jika menggunakan perkiraan para ilmuan, paling cepat hal itu baru akan terjadi sekitar 300 tahun lagi dari sekarang dan beberapa ilmuwan mengatakan mungkin bisa lebih lama lagi hingga mencapai 900 tahunan.

Artikel yang Berhubungan



Dikutip dari: http://ade-tea.blogspot.com/2011/02/cara-membuat-widget-artikel-yang.html#ixzz1JSIiysNe

Artikel yang Berhubungan



Dikutip dari: http://ade-tea.blogspot.com/2011/02/cara-membuat-widget-artikel-yang.html#ixzz1JNBpubYr

0 komentar:

Bookmark and Share