Robot Dewi Sekartaji, Tampil di Depan Mendiknas setelah Ditolak Dirjen Dikti
Gagal Tampil Terobati, Yang Penting Mendiknas Tersenyum
Salah satu karya mahasiswa UMM yang cukup membanggakan adalah robot Dewi Sekartaji. Robot ini Sabtu (19/6) kemarin unjuk kebolehan di depan Mendiknas M. Nuh. Tepatnya sebelum pembukaan kontes robot tingkat nasional. Menariknya, robot tersebut tampil setelah sebelumnya ditolak Dirjen Dikti ikut tampil dalam kontes robot.
Salah satu karya mahasiswa UMM yang cukup membanggakan adalah robot Dewi Sekartaji. Robot ini Sabtu (19/6) kemarin unjuk kebolehan di depan Mendiknas M. Nuh. Tepatnya sebelum pembukaan kontes robot tingkat nasional. Menariknya, robot tersebut tampil setelah sebelumnya ditolak Dirjen Dikti ikut tampil dalam kontes robot.
Arah jarum jam menunjukkan angka 10.00. Suasana aula dome UMM tampak ramai. Gemuruh tepuk tangan ratusan pengunjung saat menyaksikan atraksi robot Dewi Sekartaji dalam pembukaan kontes robot (KRI, KRCI, dan KRSI) tingkat nasional yang berakhir kemarin.
Ratusan pasang mata terkagum-kagum melihat gerakan robot yang dirancang tujuh mahasiswa Fakultas Teknik Elektro UMM itu. Ketujuh mahasiswa itu adalah Mas Ahmad Baihaqi, Ade Rahmawan, Fatoni Harianto, Fajar Ratno Wibowo, Guna, Aliyadi, dan Pino Friyendika. Semuanya masih duduk di semester VI.
Baihaqi yang duduk berdempetan dengan ratusan pengunjung itu pun merasa tersanjung. Aura kebahagiaan tampak bersinar di wajahnya. Demikian juga dengan keenam mahasiswa lain yang juga tim perancang robot Dewi Sekartaji. "Awalnya saya khawatir gerakan robot ini tak sesuai yang diharapkan. Tapi ternyata bagus. Gerakannya sesuai dengan tarian Pendet," ujar Baihaqi sambil melihat gerakan robot Dewi Sekartaji.
Mengenakan balutan baju hijau lengkap dengan selendang kuningnya, robot Dewi Sekartaji tampak lemah gemulai menari. Jarinya yang lentik seolah memperkuat simbol kencantikannya. Sambl menari di depan Mendiknas M. Nuh, perlahan-lahan si robot menekan tombol dan muncul piramida yang menyerupai Candi Prambanan. Sebagai puncaknya, dari candi itu keluar spanduk bertuliskan "Selamat Bertanding".
Melihat sambutan robot Dewi Sekartaji, Nuh usai membuka kompetisi ini langsung tersenyum. Senyuman mantan rektor ITS itu menandakan kekaguman yang besar terhadap Baihaqi dan keenam anggota timnya. Maklum, gerakan lentik robot dengan tinggi sekitar 45 sentimeter itu hampir menyerupai penari sungguhan.
Melihat Nuh tersenyum, ratusan mahasiswa dari 53 perguruan tinggi yang sudah memadati dome UMM itu kembali bertepuk tangan. Tepuk tangan keseian kali dari pengunjung itu semakin menambah kebahagiaan Baihaqi dan teman satu kelasnya itu. "Alhamdulilah. Untuk mengerjakan ini, kami butuh waktu dua minggu. Siang malam kami mengerjakannya," kata Baihaqi yang juga diamini teman-temannya saat ditemui usai pembukaan.
Baihaqi ingin menunjukkan pada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) bahwa robot Dewi Sekartaji bukan robot sembarangan. Bahkan, robot Dewi Sekartaji merupakan robot yang sangat layak menjadi peserta KRSI (kontes robot seni Indonesia).
Namun, obsesinya itu kandas di tengah jalan. Dirjen Dikti menolak keikutsertaan robot Dewi Sekartaji sebagai peserta KRSI lantaran dinilai tak memenuhi kriteria. Di antaranya adalah robot Dewi Sekartaji dianggap tak bisa menunjukkan tarian tradisional.
Jemarinya yang lentik juga diragukan jika mampu merespons alunan musik klasik."Waktu itu kami kirimkan rekaman video gerakan Dewi Sekartaji. Ndak tahu kenapa ditolak. Pokoknya waktu pengumuman Maret lalu, robot kami ditolak. Mungkin dianggap tak memenuhi syarat," keluh Baihaqi seolah mengingat masa kegagalan menjadi peserta KRSI. Kini, kesedihannya terobati sudah.
Meski karya monumentalnya itu ditolak ikut KRSI, tapi dia dan teman-temannya bahagia bisa tampil di depan Mendiknas. "Target kami Pak Menteri tahu kualitas robot kami yang ditolak Dirjen Dikti. Kami pikir Pak Menteri juga paham robot yang berkualitas, karena dia dari ITS (mantan rektor ITS, Red)," terang dia.
Ade Rahmawan, anggota tim robot bagian programmer ini mengakui tak mudah menghasilkan robot sebagus Dewi Sekartaji. Untuk merancang saja, pihaknya membutuhkan waktu lima bulan. Yang paling sulit dari proses perancangan robot seharga Rp 10 juta itu adalah memprogram gerakan tarian. Tarian yang indah dengan jari-jari yang lentik. "Yang paling sulit itu, memprogram gerakan di masing-masing sendi. Sehingga tariannya menjadi indah dan terlihat gemulai," terang Ade.
Apalagi, pembuatan robot dengan gerakan tari ini merupakan kali pertama bagi mahasiswa UMM. Sebelumnya, UMM hanya membuat robot biasa. Robot yang tidak membutuhkan gerakan rumit.
Organ yang dibutuhkan untuk robot ini tergolong unik. Yakni, motor servo yang berfungsi menggerakkan pergelangan tangan, bahu, dan pinggul; sensor suara yang berfungsi mendengarkan suara musik; dan sensor garis berfungsi melihat jalan. "Untuk motor servo ini yang paling rumit," tambah Ade. "Pembina kami selalu mendampingi. Kami ingin karya yang mengolaborasi antara manusia dan robot ini dipersembahkan bagi mereka," sambungnya.
0 komentar:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =)) Posting Komentar