Kampung Inggris Pare,Kediri
Kalau menyebut kota Pare, salah satu yang terkenal dari kota ini
adalah salah satu kampung yang disebut banyak orang sebagai “kampung
Inggris”. Ini bukan kampung biasa, dan disebut kampung inggris karena di
sepanjang jalan kampung tersebut berserakan banyak kursus bahasa
Inggris yang peserta kursusnya berasal dari berbagai daerah di seluruh
Indonesia.
Sudah lama saya ingin melihat secara langsung kampung ini, karena
begitu terkenalnya kampung ini ke berbagai daerah di seluruh Indonesia.
Beruntung, saya diminta mengisi pelatihan di Kediri sehingga
menyempatkan mampir di kota yang jaraknya sekitar 30 km dari kota Kediri
ini.
Kawasan kampung ini tidak terletak di jalan utama, tetapi harus masuk
terlebih dahulu di satu gang kecil yang hanya muat untuk berpapasan dua
mobil. Memasuki kawasan ini, yang terlihat mencolok dan berbeda sejak
awal masuk gang adalah banyaknya tempat kos dan warung-warung, bahkan
café di tempat yang boleh dibilang agak terpencil ini.
Menurut cerita salah seorang pengurus Klub bahasa Inggris di sana,
tempat ini sekurangnya dipadati dengan sekitar 4000 pendatang dari
berbagai daerah di Indonesia. Mereka belajar bahasa Inggris di sini di
sekitar 40 tempat kursus yang berada di sepanjang kiri-kanan jalan ini.
Basic English Course (BEC) disebut-sebut sebagai pelopor berdirinya
kampung Inggris ini. Karena permintaan yang besar, maka bermunculan
kemudian berbagai kursus bahasa Inggris hingga mencapai puluhan seperti
sekarang. Ada Mahesa, Elfast, Marvellous, Smart, Defodills, dan berbagai
kursus bahasa Inggris lainnya.
BEC terlihat memiliki gedung yang megah dan besar untuk ukuran sebuah
kursus. Dan karena banyaknya peminat, para pendaftar kursus di BEC
mesti mendaftar satu tahun sebelumnya karena keterbatasan tempat.
Namun demikian, tidak perlu khawatir, karena masih banyak lembaga
kursus lain dengan kualitas yang setara. Masing-masing berlomba dengan
segala keunggulan masing-masing. Ada yang unggul di Grammar,
conversation, dan lain sebagainya. Masing-masing tentu saja mempunyai
kekurangan yang berbeda-beda.
Dengan banyaknya komunitas peserta kursus bahasa Inggris ini dan
keinginan yang sama untuk belajar bahasa secara lebih efektif, maka
tercipta semacam disiplin dan aturan bersama bahwa semua peserta kursus
bahasa Inggris di sini wajib menggunakan bahasa Inggris dalam
pembicaraan sehari-hari.
Tentu saja aturan ini hanya berlaku antar peserta kursus, selebihnya
dengan penduduk kampung tetap menggunakan bahasa Indonesia. Aturan tidak
tertulis inilah yang menyebabkan kampung ini kemudian terkenal dengan
Kampung Inggris karena mewajibkan para peserta kursus yang berjumlah
ribuan orang tadi untuk berbahasa Inggris.
Salah satu alasan lain mengapa banyak orang mau belajar di Pare ini
adalah biaya hidup yang rendah. Dibandingkan dengan hidup di kota-kota
besar, biaya hidup di kota ini dan juga biaya untuk mengikuti satu
program kursus secara intensif sangatlah murah. Dengan Rp 500 hingga Rp 1
juta per bulan, kita sudah dapat hidup dengan nyaman, termasuk biaya
kursus.
Bagi para pengelola kursus, semakin menjamurnya kursus bahasa Inggris
di kawasan ini sebenarnya tidak perlu menjadikan mereka khawatir akan
ditinggalkan. Tetapi justru persaingan ini perlu disyukuri karena
semakin membuat kawasan ini menjadi lebih hidup.
Persaingan akan menjadikan konsumen semakin besar karena tidak hanya kita sendiri yang mengenalkan jasa atau produk kepada mereka. Dengan masing-masing mengeluarkan usaha agar konsumen bisa kenal, maka semakin luas usaha yang dilakukan. Dengan demikian, pengetahuan konsumen akan semakin luas.
Persaingan akan menjadikan konsumen semakin besar karena tidak hanya kita sendiri yang mengenalkan jasa atau produk kepada mereka. Dengan masing-masing mengeluarkan usaha agar konsumen bisa kenal, maka semakin luas usaha yang dilakukan. Dengan demikian, pengetahuan konsumen akan semakin luas.
Persaingan juga akan menjadikan kita selalu waspada dan selalu
berusaha meningkatkan diri dan kemampuan yang dimiliki. Tanpa adanya
persaingan, kita akan cenderung berleha-leha, ataupun lebih banyak
santai menikmati hidup. Tetapi jika ada persaingan membuat gairah untuk
bersaing selalu ada, sehingga kita selalu tergerak untuk meningkatkan
kemampuan diri kita dengan baik.
Dengan demikian, persaingan tidak akan pernah mematikan kita, tetapi
justru akan membuat kita lebih kuat selama kita menyadari persaingan
tersebut dan terus berusaha meningkatkan diri. Orang-orang yang takut
bersaing biasanya karena tidak percaya diri dengan kemampuan yang ada,
ataupun memang tidak mempunyai kompetensi yang memadai.
Kalau kita mempunyai kualitas yang memadai, persaingan justru akan
semakin membuat kita berkembang jauh lebih cepat. Mereka yang mengetahui
bagaimana kualitas yang kita miliki, tentu saja akan memilih kita.
Tentu saja, sekali lagi, sangat tergantung apakah kita mempunyai
kualitas yang memadai atau tidak. Itulah tugas kita sebenarnya.
0 komentar:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =)) Posting Komentar